Santri Program Beasiswa Kader Dai Pelosok Negeri laksanakan dakwah lintas tradisi dalam Safari Dakwah di Desa Argosari, Kec. Senduro. Kab. Lumajang. (8/2/24)
Suasana berbeda terlihat di masjid Jabal Rohmah yang terletak di dusun Gedog, Desa Argosari Kec. Senduro, Kab. Lumajang. Pasalnya di masjid tersebut kedatangan 4 santri Program Kader Dai Pelosok Negeri. Keempat santri tersebut yaitu Suryadi asal Flores NTB, Kahfi Daud asal Penajam, Paser Utara, Mujahid asal Luwu Utara, Sulsel dan Abdullah Tono asal Halmahera.
Hadirnya mereka di desa yang terkenal dengan “Negeri atas awan” tersebut dalam rangka melaksanakan Safari Dakwah. Program Safari Dakwah ini merupakan program “latihan berdakwah” bagi santri Kader Dai Pelosok Negeri. Kegiatan tersebut dilaksankan selama 26 hari, mulai tanggal 15 Januari sampai dengan tanggal 10 Februari 2024.
Program Safari Dakwah ini dimaksudkan agar seluruh santri Kader Dai Pelosok Negeri memiliki pengalaman dalam berdakwah, sebelum nantinya akan ditugaskan ke seluruh pelosok Nusantara. Program tersebut merupakan program rutin tahunan yang tujuannya juga untuk pembinaan masyarakat. Sebagai catatan bahwa Program Kader Dai Pelosok Negeri ini merupakan program yang di support oleh Mitra Dai Nusantara (MDN).
Kehadiran mereka diterima dan disambut dengan baik oleh masyarakat desa Argosari. Salah satu tokoh masyarakat, yaitu Pak Mujahid menyampaikan terima kasih atas kehadiran dan bantuannya. Pria paruh baya tersebut juga berpesan semoga santri Program Kader Dai Pelosok Negeri bisa krasan. Tentunya karena mengingat tantangan dakwah di desanya sangat nyata. Baik tantangan kondisi alam yang sangat dingin karena terletak di ketinggian 2.900 MDPL. Maupun tantangan kondisi sosial masyarakat dengan pemahaman keagamaannya yang masih kurang. Ditambah lagi dengan tradisi masyarakat suku Tengger yang mempunyai kekhususan tersendiri.
“Terimaksih atas kehadiranya dan bantuanya. Semoga bisa krasan ya, karena disini sangat dingin dan juga pemahaman agama masyarakatnya masih minim. Ditambah lagi dengan tantangan tradisi Suku Tengger yang pasti juga berbeda dengan masyarakat pada umumnya”. Ujarnya
Selaras dengan itu, tantangan dakwah khususnya terkait dengan tradisi itu sangat terasa. Sebagaimana disampaikan oleh Suryadi, salah satu santri Kader Dai Pelosok Negeri. Tantangan yang sangat terasa misalnya diaspek bahasa, mayoritas masyarakat Desa Argosari kesehariannya menggunakan bahasa jawa. Hanya sedikit dari mereka yang bisa berbahasa Indonesia. Sedangkan keempat santri yang diutus “berdakwah” disitu berasal dari luar pulau Jawa yang belum menguasai bahasa Jawa. Sehingga faktor perbedaan bahasa ini menjadi salah satu tantangan yang membuat komunikasi dan pendekatan para dai muda kepada masyarakat sedikit terhambat.
“Selain tantangan cuaca yang dingin dan kondisi masyaralat yang masih minim ilmu agama, tantangan yang sangat terasa bagi kami adalah bahasa, karena disinikan kebanyakan pakai bahasa Jawa. Padahal kami semua tidak bisa bahasa Jawa karena kami berempat dari luar Jawa. Hal itu menjadikan komunikasi kami kepada masyarakat menjadi terhambat”. Ucapnya
Pemuda asal Nusa Tenggara Timur (NTT) tersebut juga menyampaikan terkait perbedaan tradisi di masyarakat. Satu hal unik yang ia terheran heran yaitu ketika silaturahim atau bertamu ke rumah warga. Menjadi kebiasaan di suku Tengger bahwa ketika bertamu mereka tidak disambut di ruang tamu melainkan di depan tungku perapian. Biasanya para tamu langsung diajak masuk ke dapur oleh si tuan rumah. Kebiasanya warga di desa yang terkenal dengan puncak B29 nya tersebut jika bertamu langsung menuju pintu dapurnya. Hal itu sangat berbeda dengan tradisi yang ada di kampungnya. Adapun tradisi di daerah NTT yaitu ketika bertamu akan disambut di ruang tamu sebagaimana lazimnya orang bertamu. Bahkan akan menjadi aneh dan tidak sopan jika bertamunya langsung ke dapur.
“Sempet kaget juga sih, pas kami silaturahim kok langsung diajak ke dapur sambil duduk di depan tungku perapian. Bahkan dibeberapa warga lainnya kami ketuk ketuk pintu depan malah ga ada jawaban. Ternyata keluarga disini ruang kumpulnya di dapur. Sehingga kalau bertamu ya langsung ke pintu dapur saja. Itu sangat membuat saya kaget karena tradisinya berbeda dengan di tempat kami”. Tambahnya.
Walaupun berbeda tradisi antara santri Kader Dai Pelosok Negeri dengan masyarakat Suku Tengger namun mereka bisa diterima dengan baik oleh masyarakat di Desa Argosari. Hal itu terlihat dari lancar dan suksesnya rangkaian kegiatan Safari Dakwah, mulai ngajar ngaji, menjadi imam, kerja bakti, silaturahmi, ngajar TK dan aktivitas sosial keagamaan lainnya. (Sang Pejuang)
Mari kita dukung program Beasiswa Kader Dai Pelosok Negeri
More info: 082136559944 (WA)
No Rek: BNI : 611 1442 022, Muamalat: 702 0040 540
A.n. Mitra Dai Nusantara