Setiap orang pasti memiliki harapan atau cita-cita dalam hidupnya. Sudah pasti dibutuhkan perjuangan yang sangat panjang dan berliku untuk meraihnya. Namun jika seseorang sudah punya tekad yang kuat maka seberat apapun rintangannya, sejauh apapun jaraknya pasti akan ditempuhnya. Apalagi untuk sebuah cita-cita yang mulia yaitu memperdalam agama Islam. Dengan semangat “man jadda wa jada” pasti akan ada jalan membentang yang akan mengantarkannya ke tujuan.
Begitulah yang dialami Suryanto, seorang anak muda dari Kampung Harapan Jaya, Serui, di Kepulauan Yapen, Papua. Dengan semangat dan tekad yang kuat, selepas lulus dari SMK YPK Serui, sebuah Yayasan Pendidikan Kristen tahun 2019, putra terakhir dari tiga bersaudara tersebut akhirnya memutuskan untuk tinggal di sebuah masjid selama bulan Ramadhan. Hal itu dilakukannya dalam rangka untuk memperdalam ilmu keislaman.
“Setelah selesai kelulusan saat itu bertepatan dengan bulan suci Ramadhan, saya memutuskan untuk tinggal di masjid. Saya berkomitmen untuk belajar mengaji dan memperdalam ilmu diniyah”. Ungkapnya.
Selama tinggal di masjid, pemuda bertubuh tegap tersebut belajar dan dibimbing oleh Ustadz Mahfudz. Seorang dai alumni program Kader Dai pelosok Negeri. Dari situlah kemudian Suryanto diarahkan untuk ikut program Kader Dai pelosok Negeri. Dengan tekad yang kuat seketika itu ia yakin untuk ikut program yang ditawarkan oleh Ustadz Mahfudz yaitu beasiswa Kader Dai Pelosok Negeri.
Setelah mendapatkan ijin dari orang tua, Suryanto akhirnya berangkat ke Surabaya seorang diri. Ia berangkat menggunakan transportasi kapal yang dengan waktu tempuh nyaris satu pekan. Tentu itu bukan perjalanan yang mudah baginya. Mengingat ia belum pernah bepergian sejauh itu sebelumnya. Tapi dengan tekad yang bulat untuk memperdalam ilmu Islam, akhirnya ia bisa sampai di Surabaya dengan lancar dan selamat. Kemudian ia mendaftar kuliah di STAI Luqman Al Hakim masuk program Beasiswa Kader Dai Pelosok Negeri.
Sebagai alumni sekolah Kristen, Suryanto tidak memiliki bekal ilmu agama Islam yang cukup, jangankan hafalan, mengajipun ia masih terbata. Hal itu juga yang menyebabkan Suryanto gagal dan tidak diterima di program binaan Mitra Dai Nusantara (MDN) tersebut. Kegagalan itu tidak membuat Suryanto patah semangat. Bahkan ia semakin yakin untuk masuk di STAIL dan program kader Dai Pelosok Negeri. Akhirnya iapun mempersiapkan segala sesuatunya agar di tahun depan bisa diterima. Berkat arahan seorang Ustadz akhirnya ia memperdalam ilmu agamanya di Pesantren Darul Arqam Surabaya.
Selama setahun ia belajar mengaji dan menghafal Al Qur’an serta memperdalam ilmu keislaman lainnya. Dengan keoptimisan penuh, ditahun keduanya ia mencoba mendaftar lagi di STAIL dengan tetap mengambil program Beasiswa Kader Dai Pelosok Negeri. Alhamdulillah dikali keduanya ini, ia bisa lulus dan diterima sebagai mahasiswa baru STAIL Surabaya dan ikut program Beasiswa Kader Dai Pelosok Negeri.
Setelah masuk asrama Kader Dai Pelosok Negeri, Suryanto dihadapkan pada kebiasaan yang jauh berbeda dengan kehidupannya sebelumnya. Dimana ketika masih di Papua, berburu ke hutan bersama teman-teman menjadi aktifitas rutinnya setiap hari. Tinggal di asrama menjadi sebuah hal baru yang sangat berharga baginya. Terutama dalam menjalankan sholat malam yang sebelumnya tidak pernah dilakukannya. Ada kenikmatan, kedamaian dan kebahagiaan yang ia rasakan dalam rutinitas baru tersebut.
Uniknya selama menempuh perkuliahan, Suryanto tidak pernah pulang ke kampung halamannya di Papua. Setelah mengikuti proses perkaderan selama 4 tahun, akhirnya Suryanto bisa lulus dari program Kader Dai Pelosok Negeri dan menyandang gelar S1 dari STAIL Surabaya. Bahkan ia berhasil menjadi lulusan terbaik Prodi Manajemen Pendidikan Islam dengan IPK-3,71.
Dengan selesai mengikuti proses perkaderan di program Kader Dai Pelsok Negeri selama 4 tahun artinya tibalah masanya untuk menjalankan tugas dakwah ke seluruh penjuru Nusantara. Setelah Namanya disebut dan dipanggil ke panggung, Suryanto dengan penuh semangat siap menjalankan amanah tugas dakwah yang akan diterimanya. Setelah SK dibacakan ternyata ia ditugaskan di Jawa Timur.
Sebagai anak terakhir tentu orang tuanya berharap SK tugas anaknya tersebut tidak jauh dari tempat tinggal. Namun setelah dijelaskan akhirnya orang tuanya merestui penempatan tugas dakwah yang akan diembannya. Dalam menyikapi penempatan tugas tersebut, Suryanto menyampaikan bahwa ia siap ditugaskan dimanapun. Motivasinya adalah semangat memberikan kebermanfaatan kepada masyarakat. Menurutnya masa muda adalah waktunya untuk mencari pengalaman sebagai bekal menjemput kesuskesan di masa depan.
Setelah menyelesaikan studinya, Suryanto akan memikirkan langkah selanjutnya, apakah orang tuanya yang akan pindah ke Jawa atau dirinya yang kembali ke Papua.
Itulah sepenggal cerita perjalanan penuh perjuangan seorang pemuda asal pulau paling timur Indonesia, Papua. Awalnya tidak bisa membaca Al Qur’an hingga akhirnya mampu diterima dan lulus program Kader Dai Pelosok Negeri serta menjadi salah satu lulusan terbaik STAIL Surabaya. Semoga bisa menjadi inspirasi bagi kita semua. InsyaAllah jika ada kemauan, Allah SWT akan memberikan jalan kemudahan. (Sang Pejuang)