Ust Hadi Sukmawan
Indonesia dengan ribuan pulaunya menjadikan negeri ini memiliki keragaman suku, bahasa, budaya dan karakter. Masih banyak daerah di negeri ini yang masih belum tersentuh oleh dakwah Islam. Kalau dakwah di kota kota besar sudah sering kita saksikan. Begitu juga dengan dakwah di masyarakat umum sudah sangat banyak sekali. Sedangkan berdakwah di daerah-daerah terpencil dan di pelosok negeri masih sangat minim sekali.
MDN (Mitra Dai Nusantara) sebagai lembaga yang konsen terhadap keberlangsungan dakwah di pelosok negeri, telah mengirim ratusan alumninya untuk mengisi kekosongan dakwah di daerah terdalam tersebut. Salah satunya ustadz Hadi Sukmawan, alumni program Beasiswa Kader Dai Pelosok Negeri lulusan tahun 2010. Bapak 2 anak ini mendapat tugas menyebarkan dakwah di suku Rejang, lebih tepatnya di Desa Karang Are, Kecamatan Pagar Jati, Kabupaten Bengkulu Tengah.
Menurut penuturannya, Desa Karang Are berjarak 2 jam dari Kota Bengkulu dengan akses jalan yang sebagian besar terdiri dari koral campur tanah. Pada musim kemarau, jalanan berdebu dan saat hujan menjadi becek dan licin. Kodisi tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi Ust Hadi dalam mengemban amanah dakwah.
Penduduk Desa Karang Are mayoritas berprofesi sebagai petani dengan pengalaman dan pengetahuan agama yang masih sangat minim. Walaupun sudah ada bangunan masjid tetapi kondisinya masih sangat sederhana. Bahkan jamaah sholat Jum’at hanya sekitar 20 persen dari total penduduknya. Sementara yang lain sibuk dengan kegiatan sehari-hari.
Keprihatinan semakin bertambah dengan fakta banyak anak-anak yang tidak bisa mengaji. Bahkan ada warga usia 40 tahun yang belum bisa berwudhu apalagi sholat. Sehingga mereka merasa malu untuk pergi ke masjid. Hal itu menjadi realita mad’u yang sekarang menjadi binaan ust Hadi Sukmawan.
Dari segi pendidikanpun mayoritas penduduk tamatan sekolah dasar (SD) dan banyak yang tidak tamat sekolah. Jarang juga yang melanjutkan pendidikankan ke pondok pesantren. Ekonomi masyarakat tergolong menengah ke bawah, bergantung pada pertanian dengan modal yang minim dan jauh dari pusat kota serta pasar. Peternakan kambing dan sapi juga tidak dikelola dengan baik karena keterbatasan modal dan jarak yang jauh dari pusat perdagangan.
Perjalanan Ust Hadi ke tempat dakwah memang begitu melelahkan, dan tentu tidak mudah untuk dilaluinya. Berkat kegigihannya berdakwah, saat ini tercatat ada sekitar 50 anak anak yang ikut mengaji bersamanya. Beliau juga sudah mampu mengkader pemuda pemuda lokal untuk membantu mengajar ngaji. Bahkan Ust Hadi dipercaya menjadi khatib Jum’at di masjid Desa Karang Are dan juga beberapa desa sekitarnya. Di samping itu Ust Hadi juga mengisi pengajian rutin. Bahkan jama’ah pengajian rutinnya tergolong cukup banyak yaitu dihadiri sekitar 70 orang.
Ia juga menyatakan sebetulnya tugas dakwah ini bukan hanya dibebankan kepada para mubaligh, dai, ustadz dan semisalnya, tugas dakwah adalah merupakan tugas kaum muslimin secara umum. “Setiap muslim sesungguhnya mempunyai kewajiban yang sama dalam mengemban dakwah Islam ini”. bebernya
“Kami berharap ada pihak yang mendukung program ini secara berkelanjutan. Kami, para dai, siap terjun dan melanjutkan dakwah di daerah ini dengan penuh semangat. Dukungan dalam bentuk fasilitas armada dakwah, alat peraga pendidikan, serta konsumsi untuk pengajian sangat dibutuhkan agar program mulia ini bisa berjalan dengan lebih baik. Selain itu kami juga berharap terkait dengan pendampingan ekonomi produktif agar kesejahteraan masyarakat bisa meningkat”. harapnya
Semoga dengan adanya dukungan, masyarakat Desa Karang Are dapat lebih mendalami ilmu agama, meningkatkan kwalitas ibadah sehari-hari, dan secara bertahap harapannya juga mampu meningkatkan taraf hidup mereka dari segi ekonomi. (Sang Pejuang)