Kemandirian yang dialami seseorang, nyatanya ia tetap makhluq sosial yang saling membutuhkan sebagaimana pohon yang membutuhkan sinar Matahari untuk bisa terus hidup dan bertumbuh. Itu juga yang dirasakan oleh Ibu Endang Nawangsari. Wanita berusia 60 tahun itu telah menjadi donatur tetap MDN (Mitra Dai Nusantara) sejak 2022. Berawal dari ajakan salah seorang keponakan yang bertempat tinggal tidak jauh dari rumah ibu Endang Nawangsari.
Bu Nawang, begitu beliau akrab disapa menyampaikan ada hal lain yang membuatnya tertarik untuk menjadi bagian dari MDN selain sekedar ajakan dari salah seorang saudaranya.
“Awalnya saya dikenalkan MDN oleh keponakan saya. Tapi selain itu saya juga merasakan kekuatan yang luar biasa setelah membaca program MDN yang sangat bagus ini khususnya program kader dai, hati saya terketuk untuk turut serta”. Ungkapnya.
Wanita murah senyum tersebut juga mengungkapkan perasaannya setelah bergabung menjadi donatur MDN. Ia merasa seolah memiliki keluarga baru, dan hal itu yang membuatnya menjadi nyaman dengan MDN. Bagaimana tidak, kepergian suami tercintanya 10 tahun yang lalu membuat hidupnya terasa ada yang kurang. Terlebih tidak ada anak disampingnya yang bisa menjadi pelipur lara dalam kesepian yang dialaminya. Keberadaan MDN rupanya memberi semangat baru bahwa ternyata kesepian yang dialami selama ini membawanya menjadi salah satu ibu asuh dari sekian banyak kader dai yang sedang dipersiapkan menjadi dai-dai tangguh dipedalaman.
“Suami saya meninggal 2014 yang lalu dan saya tidak memiliki anak, sepi pasti tapi hidup harus terus dijalani. Sejak bergabung menjadi donatur MDN saya merasa memiliki keluarga baru, saya jadi semakin bersemangat karena saya merasa punya tugas dan kewajiban seolah anak saya ada disana (kader dai pelosook negeri)”. Ungkapnya.
Pada momen tersebut Bu Nawang juga memotivasi teman-teman MDN untuk terus semangat dalam memperjuangkan program Kader Dai Pelosok Negeri yang sangat luar biasa tersebut.
“Kegiatan ini (perkaderan untuk dai pelosok negeri) sangat bagus dan perlu dimotivasi. Kegiatan ini sangat penting dan tidak boleh sampai surut. Jangan sampai anak-anak yang punya prestasi khususnya dibidang agama ini dibiarkan begitu saja, tercecer tanpa dukungan kita”. Ujarnya.
Tak lupa Bu Nawang juga mengingatkan kita semua bahwa pada sebagian harta kita ada hak orang lain yang harus ditunaikan. Salah satunya bisa melalui program Kader Dai Pelosok Negeri. Program ini membersiapkan para kader untuk siap diterjunkan ke pedalaman, khususnya daerah minoritas muslim. Beliau menekankan berbagai tantangan yang dihadapi para kader saat melaksanakan tugasnya di pedalaman cukup berat. Mulai kondisi alam, sosial, hingga konflik yang sering terjadi.
“Kita punya rezeki itu bukan semua milik kita, ada hak orang lain didalamnya, slaah satunya untuk teman-teman di MDN ini. Apalagi ini sifatnya spiritual, jadi sangat bagus untuk kita dukung. Jangan sampai bangsa kita jadi lemah dan loyo hanya karena kita tidak mampu mengkader anak-anak kita agar menjadi dai yang tangguh. Tak hanya berhadapan dengan kondisi alam yang bisa jadi sangat berbeda dengan kita yang ada di kota, konflik sosialpun sering terjadi. Ungkapnya
Terakhir Bu Nawang juga mengajak masyarakat untuk turut serta berpartisipasi dalam keterlaksanaan Program Kader Dai Pelosok Negeri tersebut.
“Untuk masyarakat diluar sana, saya mengajak, ayo bergabung ikut jadi donatur tetap karena sama halnya njenengan punya kontribusi untuk berjuang di jalan Allah. Jadi jangan ragu, karena saudara kita di pedalaman itu butuh mereka (kader dai). Kalau kita tidak ikut mengakomodir hal tersebut lalu siapa lagi?”. Tutupnya.
(Sang Pejuang)