Aceh menjadi daerah bagian barat Indonesia yang mendapatkan kiriman Kader Dai Pelosok Negeri di tahun 2024 ini. Muhammad Al Farizi adalah dai muda yang terpilih mengemban tugas dakwah disana. (22/9/24)
Muhammad Al Farizi adalah salah satu santri Kader Dai Pelosok Negeri binaan Mitra Dai Nusantara (MDN) yang mendapatkan SK tugas dakwah tahun 2024 ini. Bersama 36 temannya ia memasuki ruang acara penugasan dengan penuh semangat dan keoptomisan.
Sebelum SK penugasan dibacakan, putra ke 6 dari 8 bersaudara tersebut sempat merasakan kekhawatiran. Mengingat tempat tugas dakwah yang akan diamanahkan meliputi seluruh daerah di Indonesia. Ditambah lagi dengan SK tugas teman temannya yang sudah dibacakan terlebih dahulu. Ada yang ditugaskan di Kalimantan, di Sulawesi bahkan ada yang ditugaskan ke ujung timur Indonesia yaitu pulau Papua.
Setelah SK tugas dibacakan, ternyata ia ditugaskan untuk mengemban amanah dakwah ke Aceh. Dengan teriakan takbir ia menyambut tugas dakwah tersebut, diikuti oleh teriakan serupa dari teman temannya dan para undangan yang hadir. Dengan dibacakan SK tugas dakwahnya maka lengkaplah bentangan daerah tugas dakwah tahun ini yaitu dari ujung timur Papua sampai ujung barat Indonesia yaitu Aceh.
Dalam menyikapi penugasan tersebut Al Farisi berkeyakinan bahwa itulah yang terbaik untuknya. Sehingga tiada kata selain “Sami’na wa atho’na” kami mendengar dan kami taat. Lebih dari itu pemuda bertubuh tegap tersebut menguatkan dirinya dengan mengingat firman Allah SWT dalam penggalan surat Al Baqoroh ayat 216.
Artinya “Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui”
Keyakinan dan keoptimisan menyambut tugas dakwah tidak serta merta didapatkan oleh Al Farizi. Ada proses perjalanan panjang penuh perjuangan yang telah dilaluinya. Tercatat sejak SMP ia telah mondok di sebuah pesantren. Bahkan waktu MA ia mampu menghafal 1 juz dalam 1 bulan sehingga dengan prestasi tahfidznya ia mendapatkan beasiswa prestasi. Selama SMP sampai MA itulah dia mendapatkan motivasi dan nasihat dari para ustadznya khususnya terkait tugas dakwah.
Setelah lulus MA, Farizi dihadapkan pada tiga pilihan pendidikan yaitu antara melanjutkan program tahfidz, kuliah di UIN, atau ikut program beasiswa Kader Dai Pelosok Negeri dengan kulaih di STAIL Surabaya. Meskipun ayahnya menginginkan ia berkuliah di UIN, Farizi dan Ibunya merasa lebih cocok ambil beasiswa Kader Dai Pelosok Negeri dengan sistem asrama. Karena ia yakin dengan hidup berasrama akan lebih menjaganya.
Tentunya bisa sekalian merawat dan menambah hafalan Al Qur;annya. Akhirnya, orang tuanyapun meridhoinya untuk melanjutkan pendidikannya di STAIL dengan program Beasiswa Kader Dai Pelosok Negeri yang diambilnya.
Selama menjalani proses perkaderan di program Kader Dai Pelosok Negeri Al Farizi mendapatkan banyak ilmu dan pengalaman. Salah satu pengalaman berharga tersebut yaitu ia bisa bertemu dengan teman-teman dari berbagai daerah se Indonesia. Sehingga ia merasa lebih dekat, akrab dan familiar dengan kekayaan budaya Indonesia yang beraneka ragam.
Selama mengikuti proses perkaderan, Al Farizi memanfaatkan waktu luangnya untuk pengembangan diri, mulai mengajar privat, berjualan songkok hingga berkontribusi sebagai takmir di salah satu masjid. Berkat kerja keras dan keuletannya tersebut ia mampu memenuhi kebutuhan sehari harinya.
Perjuangan dari seorang Al Farizi setidaknya bisa dijadikan sebagai contoh nyata proses perjalanan seorang dai muda. Semoga Allah SWT memberikan kekuatan dan kemudahan kepada Al Farizi dan teman temannya dalam mengemban amanah dakwah ke seluruh pelosok negeri tercinta ini. (Sang Pejuang)