Masjid Pemuda Surabaya, sebuah tempat ibadah yang dikenal dengan program-program inovatif dan aktivitas sosialnya kembali menjadi sorotan. Program yang dilaksanakan di masjid ini selalu penuh dengan semangat kepedulian terhadap masyarakat. Hal itu yang menjadikan Masjid Pemuda sebagai salah satu pusat kegiatan keagamaan yang berdaya guna dan selalu dibanjiri jama’ah di Surabaya.
Melihat potensi yang besar ini, Mitra Dai Nusantara (MDN) mengambil langkah strategis untuk bekerja sama dengan program “Dai Mengabdi”. Program ini bertujuan untuk memberikan bekal ilmu dan pengalaman kepada para santri Kader Dai Pelosok Negeri. Khususnya agar mereka terlibat langsung dalam kegiatan dakwah di masyarakat berbasis masjid. Program Dai Mengabdi tersebut dilakukan di masjid-masjid yang ada di sekitaran kota Surabaya.
Salah satu santri Kader Dai Pelsosok Negeri yang terlibat dalam program ini adalah Fathan. Santri asli Sulawesi tersebut menjalankan program Dai Mengabdi di Masjid Pemuda yang berada di wilayah Kalikepiting Surabaya. Masjid tersebut merupakan salah satu masjid yang sangat aktif dengan berbagai kegiatan dakwah yang kreatif. Bahkan sempat viral di media sosial lantaran layanan full untuk para musafir yang singgah. Mulai tempat istirahat sampai menyediakan konsumsinya.
Terlihat setiap hari Jumat, Fathan tampak sibuk mempersiapkan “nasi berkah”, sebuah program pembagian nasi gratis untuk jamaah shalat Jumat. Program ini bertujuan untuk menambah kebahagiaan jamaah sekaligus meringankan beban mereka yang membutuhkan. Dalam foto yang diambil pada hari Jumat ini, Fathan terlihat bersama rekannya, membawa wadah berisi nasi yang akan dibagikan setelah shalat Jumat.
Fathan mengaku bahwa pengalamannya di awal masa pengabdian cukup menantang. “Di awal-awal saya merasa kewalahan, terutama dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan baru dan berbagai tugas yang harus diselesaikan,” ungkapnya.
Namun, seiring berjalannya waktu, Fathan mulai memahami lebih dalam makna pengabdiannya. Ia menyadari bahwa peran seorang dai tidak hanya sebatas memberikan ceramah atau mengajar, tetapi juga melayani umat dalam berbagai bentuk.
“Saya mulai paham bahwa kami ini adalah pelayan ummat,” lanjut Fathan. Program seperti pembagian nasi berkah ini memberikan kesempatan baginya untuk lebih dekat dengan masyarakat, dan hal tersebut membuatnya semakin yakin akan panggilan dakwah yang ia jalani. Menjadi dai tidak hanya mengajarkan ilmu agama kepada masyarakat, lebih lebih dai pelosok Negeri. Seorang dai yang disiapkan untuk ditugaskan ke seluruh pelosok negeri harus mampu terlibat aktif dan mampu memberikan solusi dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.
Program Dai Mengabdi di Masjid ini merupakan salah satu bentuk pengabdian sosial yang diharapkan bisa menginspirasi lebih banyak pemuda. Dengan program seperti ini, santri Kader Dai Pelosok Negeri tidak hanya belajar dan mengajarkan ilmu agama, tetapi juga ikut mengambil bagian dalam kegiatan sosial di lingkungan masjid. Kegiatan pembagian nasi berkah di Masjid Pemuda adalah salah satu contoh konkret kontribusi mereka terhadap masyarakat sekitar.
Dengan semangat melayani umat, para dai muda seperti Fathan terus bekerja keras untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik. Masjid Pemuda Surabaya, dengan kerjasama bersama MDN, berupaya untuk terus menjadi pusat dakwah yang melahirkan dai-dai yang tidak hanya berilmu, tetapi juga peduli terhadap kondisi sosial jamaahnya.
Tidak hanya terlibat dalam program “nasi berkah”, Fathan juga berperan dalam berbagai kegiatan keagamaan lainnya di Masjid Pemuda. Ia membantu dalam pengelolaan kegiatan TPA, mengajarkan anak-anak membaca Al-Qur’an, dan terlibat dalam penyelenggaraan acara keagamaan yang melibatkan komunitas pemuda setempat. “Kami di sini tidak hanya berusaha mengajarkan, tetapi juga belajar dari umat. Pengalaman ini sangat memperkaya saya sebagai dai”. Tutupnya Suara MDN/AJ