Mendirikan pesantren menjadi sebuah cita cita mulia yang senantiasa menjadi semangat Muhammad Salman Salisyawan, salah satu alumni program Beasiswa Kader Dai Pelosok Negeri yang lulus tahun ini. (04/10/24)
Di dalam menjalani hidup dan kehidupan ini, setiap orang pasti memiliki sebuah cita cita. Dengan cita cita tersebutlah nantinya akan mampu menggerakkan langkah menuju masa depan. Cita cita juga mampu menjadi pematik semangat yang mampu menghasilkan kekuatan besar sehingga seseorang mampu melewati halangan dan rintangan kehidupan.
Demikian pula yang telah dan sedang dijalani oleh Muhammad Salman Salisyawan. Seorang anak muda alumni program Beasiswa Kader Dai Pelosok Negeri binaan Mitra Dai Nusantara (MDN). Pemuda kelahiran kota Lamongan tersebut tahun ini lulus dari program Kader Dai Pelosok Negeri dan mendapatkan SK tugas dakwah ke Kalimantan Barat.
Di dalam menjalani proses perkaderan selama empat tahun di program Beasiswa Kader Dai Pelosok Negeri tentu banyak tantangan dan rintangan yang telah di laluinya. Tatapi salah satunya berkat cita cita yang kuat yaitu keinginannnya mendirikan sebuah pondok pesantren senantiasa menjadi pemicu untuk selalu bangkit dari keterpurukan.
Anak ke empat dari 4 bersaudara tersebut menceritakan bahwa awal perkenalannya dengan program Kader Dai Pelosok Negeri di tahun 2020 silam. Dimana setelah lulus pendidikan SMA, ia dikenalkan oleh ayahnya yang seorang guru untuk bergabung dengan program Kader Dai Pelosok Negeri. Pemuda kelahiran 2002 tersebut langsung saja menunjukan ketertarikannya dan bergabung dengan program tersebut.
Selama setahun ia dan teman teman seangkatannya di program Beasiswa Kader Dai Pelosok Negeri dipaksa untuk menjalani prosesnya di rumah masing masing. Hal itu dikarenakan di tahun 2020 masih terjadi pandemi Covid 19. Walapun bosen dan kurang semangat Salmanpun terpaksa harus melaluinya dengan sabar.
Di tahun keduanya bergabung dengan program Kader Dai Pelosok Negeri, ia dan teman teman seangkatannya Sudah bisa masuk ke asrama untuk menjalani proses perkaderan. Selama setahun ia dibina dan mulai menghafal Al Qur’an dan belajar kitab. Selain itu juga diajarkan pula ilmu ilmu keislaman dan sosial kemasyarakat.

Di tahun ke 3 pemuda murah senyum tersebut harus mengikuti program “Dai Mengabdi”. Dimana program tersebut merupakan program latihan berdakwah di masyarakat. Waktu itu Salman ditempatkan di asrama SMP Putra Ar-Rohmah di Malang, di mana ia dimanahi sebagai seorang pengasuh.
Selama mengikuti program Dai Mengabdi tersebutkan banyak pelajaran dan pengalaman berharga yang dijalani oleh Salman. Mulai dari membangunkan santri, mendampingi santri yang bermasalah, berceramah, khutbah, dan tugas tugas lainnya layaknya seorang pengasuh pada umumnya. Tentu itu tidak mudah mengingat Salman statusnya masih seorang santri dan tentu ilmu dan pengalamannya juga masih terbatas.
Namun berkat cita cita yang sudah menghujam di dalam hati akhirnya Salman bisa menjalaninya dengan lancar dan sukses. Ia jadikan setiap hal yang dilakukannya sebagai media pembelajaran. Bahkan Salman sangat bersyukur bisa belajar kepengasuhan di program Dai Mengadi tersebut. Karena hal itu sangat selaras dengan cita cita besarnya yaitu mendirikan sebuah pondok pesantren.
Setelah menyelesaikan pendididikannya di progam Kader Dai Pelosok Negeri selama empat tahun, Salman akhirnya ditugaskan ke Pontianak, Kalimantan Barat. Meski awalnya ia merasa sedikit bimbang karena jarak yang cukup jauh, namun akhirnya ia bisa menerimanya dengan senang hati. Ia tekadkan bahwa penugasan ini adalah media untuk belajar, cari pengalaman dan mengembangkan diri. Apalagi ditambah dikungan penuh darikeluarga besarnya. Hal itu semkain menguatakan Salman untuk lebih mantab dalam menatap masa depan.
Itulah sekilas cerita Muhammad Salman Sulisyawan, seorang pemuda yang mempunyai cita cita mulia untuk mendirikan sebuah pondok pesantren. Semoga ia imudahkan dan bisa mewujudkan impiannya tersebut. (Sang Pejuang)